About Me

Foto saya
saya disiplin dan teratur

Senin, 12 April 2010

Kawin Muda Ngetren di Madura


Kawin Muda Ngetren di Madura



PAMEKASAN, MINGGU - Program Informasi Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR) di Madura kini mulai merambah dunia pesantren, pasalnya angka perkawinan usia dini (di bawah 16 tahun) di Pulau Garam tergolong tinggi.

“Ini kita lakukan, karena ternyata berdasar data yang kita himpun dari berbagai kabupaten di Jawa Timur perkawinan usia dini terbanyak di Madura. Bahkan hampir merata di empat kabupaten. Seperti Sumenep, Pamekasan, Sampang dan Bangkalan” terang Kepala BKKBN Propinsi Jawa Timur, Nunuk Lestari, di Pamekasan, Minggu.

Menurutnya, yang menjadi pemicu banyaknya warga Madura melakukan perkawinan diusia dini, karena faktor pendidikan. Kebanyakan mereka itu warga pedesaan. “Saya tidak hafal rincian angkanya, tapi yang pasti mencapai 60 persen dari total jumlah penduduk Madura, dan yang tertinggi di kabupaten Sumenep,” katanya.

Selain Madura, tren kawin di usia dini juga terjadi di daerah “Tapal Kuda” (kawasan Jatim belahan timur yang warganya banyak keturunan etnis Madura), seperti Situbondo, Bondowoso dan sebagian di Probolinggo.

“Setelah kita telusuri, ternyata di wilayah tersebut mayoritas penduduknya memang orang Madura semua,” kata Nunuk.

Makanya BKKBN berusaha mencoba memasukkan PIK-KRR ini ke pesantren-pesantren yang ada di Madura. Sebab dampak perkawinan usia dini sangat mengkhawatirkan dari segi kesehatan. Yang tak kalah pentingnya menurut Nunuk Lestaris, pendidikan keluarga oleh kedua orang tuanya pada sang anak.

Sementara Kepala BKKN Pamekasan, Drs. Musyafak menyatakan, kawin di usia dini sebenarnya persoalan tradisi, disamping memang karena pengetahuan yang terbatas. Warga etnis Madura, masih menempatkan kaum perempuan sebagai mahluk kedua setelah laki-laki. Sehingga mereka cukup lulus SD, lalu kawin.

“Yang paling memliki peran penting dalam menyadarkan pandangan seperti ini memang lembaga pesantren, dalam hal ini para ulama atau pengasuh pondok,” katanya menegaskan.

Dari total 65 pondok pesantren di Pamekasan yang sudah berkerja sama dengan BKKBN dalam program PIK-KRR baru 12 ponpes. Jika PIK-KRR nanti bisa masuk di semua lembaga pesantren, maka ia yakin perkawinan di usia dini tidak akan terjadi lagi.

“Target kita di Pamekasan tahun 2009 semua pesantren bisa dimasuki, sehingga masuk tahun 2010 nanti semuanya, warga benar-benar sehat dalam berbagai hal. Ini sesuai dengan program nasional menuju Indonesia sehat pada 2010 mendatang,” kata Musyafak.

Tidak ada komentar: